Tidak sedikit orang tua yang mengeluh anak mereka tidak percaya diri ketika berada di luar zona nyamannya yaitu rumah. Anak menjadi malu dan cenderung tidak berani melakukan sesuatu sendiri. Bagaimana cara membangun kepercayaan diri anak?
Psikolog anak, D'Arcy Lyness mengungkapkan menjadi seorang anak memang butuh kepercayaan diri. Seperti dilansir Kids Health, ada banyak hal baru yang akan anak temui seperti pergi ke sekolah baru atau keluar dari rumah untuk pertama kalinya.
Para orang tua tentu ingin agar anak mereka bisa melakukan sesuatu sendiri sehingga anak berani menghadapi tantangan baru dan tentu saja percaya diri. Namun perlu diingat, setiap anak tidaklah sama.
Anak membangun kepercayaan diri mereka bukan hanya karena orangtuanya mengatakan mereka 'hebat' atau 'pintar'. Anak merasa percaya diri karena prestasi yang mereka lakukan sendiri baik itu kecil ataupun besar. Saat orangtua memberikan pujian untuk prestasi tersebut, itu adalah nilai tambah.
Saat anak bisa melakukan sesuatu seperti menggosok gigi sendiri, berjalan sendiri, naik sepeda sendiri, mereka merasa kalau mereka sebenarnya mampu. Perasaan mampu itu merupakan salah satu yang menyulut kepercayaan dirinya.
Membangun kepercayaan diri anak sebenarnya bisa dimulai sejak dini. Saat anak masih bayi misalnya, mereka belajar tengkurap sendiri, ketika anak batita mereka belajar berjalan dan berlari. Mereka pun mulai berpikir kalau 'Aku bisa melakukannya sendiri'. Setiap kemampuan baru yang bisa dilakukan anak di usia pentingnya, di saat itulah anak membangun kepercayaan dirinya.
Menurut psikolog yang meraih gelar Doktor dari Universitas Temple, Philadelpia itu, para orang tua bisa membantu anak mereka membangun kepercayaan diri dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk anak mengembangkan kemampuannya. Biarkan anak belajar dari kesalahan, namun Anda tetap ada di sisinya memberikan semangat agar mereka tidak mudah menyerah. Saat anak bisa melakukan kepintaran baru, berikan respon dengan antusias dan tidak ada salahnya memberinya 'hadiah' dengan pujian atau pelukan.
Dengan diberikan kesempatan seluas-luasanya, instruksi yang baik dan para orangtua harus banyak bersabar, anak bisa menguasai kemampuan-kemampuan dasar seperti merapikan tempat tidur dan mengikat tali sepatu. Dengan merasa dirinya 'bisa', anak pun menjadi lebih percaya diri ketika berhadapan dengan suatu tantangan baru.
Berada di Sisi Anak
Dr Lyness mengatakan, sebagai orang tua, Anda harus tetap mengawasi anak saat mereka tengah mencoba mengembangkan kemampuannya, untuk kepentingan keamanan atau keselamatannya. Namun bukan berarti Anda jadi terlalu protektif. Berikan anak kesempatan mencoba sesuatu yang baru, membuat kesalahan dan belajar dari kesalahan itu.
Misalnya, jika anak ingin belajar membuat roti dengan olesan selai kacang, Anda coba berikan contoh dulu, lalu siapkan bahan-bahannya dan biarkan anak mencoba sendiri. Akan berantakan? Sudah pasti. Namun jangan Anda jadi tiba-tiba membantunya saat dia membuat selai kacang berjatuhan di meja. Jika Anda membantunya, padahal dia belum selesai, anak akan berpikir dia tidak bisa membuat roti sendiri.
Tapi jika Anda bersabar dengan kericuhan yang terjadi selama proses pembuatan roti tersebut, Anda akan rasakan hasil nyatanya. Suatu hari anak Anda mungkin akan bilang dengan percaya diri, 'Aku lapar, aku akan buat roti selai kacang sendiri'. Ucapan tersebut bisa ditimpali dengan, 'Bagus, bisa buatkan untukku juga?'. Ucapan ini merupakan contoh kalau Anda percaya pada kemampuannya.
Terkadang anak bisa merasa frutasi saat dia gagal melakukan sesuatu. Bantu dia dengan tetap memberikannya dorongan untuk tidak mudah menyerah. Dengan mencoba lagi atas kegagalannya itu, anak belajar kalau halangan apapun bisa diatasi.